Senin, 28 Februari 2011

my first experience in learning english

When I was in first grade in junior high school, there I got my experience in learning English at the first time. Mr Wahyu is my first English teacher. Firstly he asked me and my friends to introduce ourselves in English. And sometime he given some question. Mr Wahyu is a nice man and funny. He often told a funny story. I never bored to listen and follow his class. So do my friends. He had a way to punished us when we came late. He asked the student to sang a song.

SBI vs sekolah gratis

Pendidikan merupakan salah satu penentu daya saing bangsa, dengan demikian, perlu peningkatan mutu yang berkelanjutan. SBI merupakan sekolah nasional yang menyiapkan siswa berbasis SNP berkualitas dan lulusannya berdaya saing internasional. Munculnya SBI didasari oleh kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang lebih baik, karena pendidikan yang telah ada selama ini dianggap masih kurang begitu baik. Untuk menjalankan proses pembelajaran sebagaimana fungsinya yang berstandar internasional maka wajar bila SBI membutuhkan biaya pendidikan yang tinggi. Tapi apakah biaya tinggi ini dapat menjamin meningkatnya kualitas pendidikan?
Untuk masuk SBI harus melalui proses seleksi yang ketat. Baik dari segi kemampuan maupun biaya. Dari sini kita mengetahui bahwa calon siswa SBI sejak awal adalah siswa dengan kemampuan intelegensi yang baik, artinya SBI berinput awal baik, didukung dengan pembiayaan banyak (mahal), maka wajar dan menjadi hal biasa bila SBI menghasilkan output siswa yang baik.
Justru yang luar biasa adalah jika ada sekolah (negeri/swasta) yang input siswanya pas-pasan atau bahkan di bawah standar, didukung dengan pembiayaan yang pas-pasan pula, tetapi dapat meningkatkan prestasi siswa dengan cemerlang (outputnya tinggi), itulah sekolah unggul. Sekolah yang mampu membuat suatu “loncatan mutu” tinggi adalah sekolah unggul.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu memenuhi faktor-faktor penunjang pendidikan itu sendiri. Baik faktor perangkat keras (ruang belajar, laboratorium, perpustakaan), perangkat lunak (sistem pembelajaran, kurikulum, manajemen sekolah), maupun perangkat pikir (tenaga pendidik). Tapi kita juga harus ingat bahwa faktor yang paling dominan adalah tenaga pendidik sebagai aplikator keseluruhan faktor-faktor penunjang dalam proses belajar mengajar di kelas.